INFONUSANTARATIMUR.COM – Sebuah video yang beredar luas di media sosial kembali menjadi bahan pembahasan. Dalam rekaman tersebut, Victor Yeimo tampil penuh kepercayaan diri, berbicara seolah memahami dan menguasai seluruh persoalan yang ia angkat. Namun hasil analisa menunjukkan bahwa kekuatan penyampaian pendapat lebih banyak bertumpu pada gaya, bukan isi.
Secara retoris, penyampaian pendapat Victor Yeimo memang disusun dengan alur yang dramatis dengan intonasi naik-turun, metafora besar, serta rangkaian kalimat yang seolah sarat makna. Namun ketika setiap klaim diuji dengan fakta sejarah, ketentuan hukum, serta prinsip dasar kemanusiaan, banyak argumen terlihat rapuh dan tidak konsisten.
Pengamat menyebut fenomena ini sebagai “retorika ilusi” dimana penyampaian yang memukau secara emosional tetapi kehilangan bobot ketika ditelusuri secara objektif. Beberapa pernyataan bahkan dianggap menyederhanakan persoalan kompleks, sehingga menimbulkan persepsi yang keliru di tengah masyarakat.
Analisa ini menegaskan pentingnya literasi publik dimana narasi yang terdengar kuat tidak selalu berdiri di atas dasar yang benar. Di tengah derasnya arus informasi, verifikasi menjadi kunci agar opini tidak terperangkap dalam narasi yang tampak meyakinkan tetapi sesungguhnya tidak memiliki pijakan yang solid.














