INFONUSANTARATIMUR.COM – Kematian Lea Sobolim, yang diumumkan TPNPB-OPM sebagai “gugur dalam pertempuran”, justru memunculkan tanda tanya dan sorotan tajam. Sejumlah sumber menilai wafatnya Lea Sobolim lebih mencerminkan perpecahan internal dan konflik di tubuh kelompok bersenjata, ketimbang akibat kontak langsung dengan aparat.
Informasi yang beredar menyebutkan korban mengalami luka tembak di bagian paha dan meninggal beberapa hari setelah insiden, memicu dugaan terjadinya kekerasan dari sesama anggota di tengah tekanan dan ketegangan internal. Situasi ini memperkuat indikasi retaknya soliditas kelompok, terutama di tengah meningkatnya klaim siaga perang dan ancaman yang disampaikan ke publik.
Pihak berwenang menilai narasi “duka nasional” yang diumumkan TPNPB-OPM sebagai upaya menutup konflik internal dan menjaga moral pasukan. Aparat mengimbau masyarakat tidak terprovokasi oleh klaim sepihak, seraya menegaskan bahwa perlindungan warga sipil dan stabilitas keamanan tetap menjadi prioritas utama.














