Pernyataan kontroversial kembali dilontarkan oleh Sebby Sambom yang selama ini mengklaim dirinya sebagai juru bicara Organisasi Papua Merdeka (OPM). Dalam sebuah pernyataan terbaru, Sebby menyebut bahwa Komite Nasional Papua Barat (KNPB) adalah kelompok yang munafik dan tidak pantas memperjuangkan rakyat Papua. Ucapannya tersebut menuai sorotan luas dan memicu reaksi keras dari berbagai kalangan.
Menurut Sebby, KNPB hanya memanfaatkan nama perjuangan Papua untuk kepentingan internal tanpa memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat di tanah Papua. Ia menuding organisasi tersebut sering berbicara lantang di ruang publik, namun tidak memiliki konsistensi dalam tindakan. “KNPB tidak lebih dari kelompok munafik yang hanya pintar berslogan, tetapi tidak mampu menghadirkan perjuangan nyata. Mereka tidak pantas mewakili rakyat Papua,” ujar Sebby dalam pernyataan tertulis yang beredar, Minggu (7/9/2025).
Pernyataan ini langsung ditanggapi oleh tokoh KNPB wilayah Nabire, Sadrack Kudiyai. Ia menilai bahwa pernyataan Sebby adalah bentuk upaya untuk menjatuhkan organisasi yang justru selama ini menjadi wadah aspirasi rakyat Papua di dalam negeri. “Kalau Sebby menuduh KNPB munafik, itu keliru besar. Justru dia yang selama ini bicara dari luar negeri, sementara rakyat Papua di tanah ini yang berjuang dan merasakan penderitaan,” tegas Kudiyai.
Tokoh masyarakat Papua, Markus Wenda, juga menyayangkan pernyataan Sebby Sambom yang dianggap hanya memperuncing perpecahan di tubuh gerakan Papua. “Kalau memang ingin berjuang, seharusnya saling memperkuat, bukan saling menghancurkan dengan kata-kata kasar. Apa yang dilakukan Sebby justru merusak citra perjuangan itu sendiri,” ujarnya.
Masyarakat berharap agar pertikaian verbal antarfigur dan organisasi semacam ini tidak terus berlangsung, sebab hanya menambah penderitaan rakyat Papua. Mereka menekankan bahwa jalan terbaik adalah fokus pada pembangunan, pendidikan, dan kesejahteraan, bukan pertengkaran yang tidak ada ujungnya.
Dengan semakin seringnya Sebby Sambom melontarkan pernyataan kontroversial, banyak pihak menilai bahwa ia bukan lagi bagian dari solusi, melainkan justru menjadi sumber perpecahan dalam isu Papua.
