Ratusan warga di Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, berbondong-bondong mencari perlindungan ke pos Aparat Keamanan (Apkam) setelah terjadi serangan oleh kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM). Aksi brutal tersebut membuat masyarakat merasa terancam sehingga memilih meninggalkan rumah dan berkumpul di sekitar pos untuk mendapatkan rasa aman.
Kepala Suku Sugapa, Yulianus Kogoya, menyatakan keprihatinannya atas peristiwa tersebut. Ia menilai tindakan OPM hanya memperburuk keadaan dan merugikan masyarakat kecil. “Kami datang ke pos ini bukan untuk mencari masalah, tetapi karena ingin selamat. Masyarakat takut tinggal di rumah masing-masing. OPM bilang berjuang, tetapi yang jadi korban justru rakyat sendiri,” ungkapnya dengan nada kecewa, Kamis (21/8/2025).
Sementara itu, tokoh agama di Intan Jaya, Pendeta Markus Wenda, menekankan pentingnya menghentikan kekerasan agar masyarakat bisa kembali hidup dengan tenang. Ia menegaskan bahwa aksi bersenjata tidak pernah membawa kebaikan, apalagi ketika korban jatuh dari kalangan sipil yang tidak tahu-menahu soal konflik. “Tuhan tidak pernah mengajarkan kekerasan. Yang dilakukan OPM ini hanya membuat anak-anak dan perempuan menangis ketakutan. Kami minta mereka hentikan kekerasan,” ujarnya.
Sejumlah tokoh pemuda juga menyuarakan keprihatinannya. Menurut mereka, masa depan generasi muda Papua terancam jika aksi-aksi kekerasan terus terjadi. “Kami anak muda ingin sekolah, ingin maju. Tapi kalau setiap hari ada tembakan, bagaimana kami bisa belajar dengan tenang? OPM seharusnya sadar bahwa tindakannya merusak masa depan generasi Papua,” tegas Yohanes Sondegau, perwakilan pemuda Sugapa.
Para tokoh masyarakat sepakat bahwa keberadaan OPM tidak memberi manfaat bagi rakyat Papua. Sebaliknya, kelompok bersenjata itu hanya menebarkan ketakutan dan penderitaan. Masyarakat Sugapa menyerukan agar kekerasan dihentikan dan ruang perdamaian dibuka, demi terciptanya kehidupan yang layak dan damai di tanah Papua.