INFONUSANTARTIMUR.COM – Kabut pagi di Beoga belum sepenuhnya terangkat ketika seorang prajurit TNI kembali melangkah menuju SD yang berdiri senyap di tengah pegunungan. Bukan membawa perlengkapan taktis, tetapi sebuah tablet (perangkat elektronik) yang menjadi jendela dunia bagi anak-anak Papua yang haus akan pengetahuan.
Di sekolah yang minim fasilitas ini, teknologi adalah sesuatu yang nyaris tak pernah mereka sentuh. Namun hari itu, mata anak-anak berbinar kagum ketika prajurit itu menyalakan layar tablet yang memancarkan cahaya merah lembut. Dengan tulus dan ikhlas, ia memperkenalkan apa itu internet, apa itu gambar digital, dan bagaimana teknologi bisa menghubungkan mereka dengan dunia di luar lembah Beoga.
Ia menunjukkan peta dunia, video edukasi, hingga cara sederhana menggambar digital. Anak-anak yang sebelumnya hanya mengenal kapur dan papan tulis kini menyentuh layar tablet dengan hati-hati, seolah takut merusaknya. Setiap sentuhan kecil memunculkan tawa, rasa penasaran, dan keajaiban baru.
“Teknologi bukan hanya milik kota,” ujarnya sambil membimbing seorang siswa yang mencoba menulis namanya di layar. “Kalian juga berhak mempelajarinya.”
Di antara dinding sekolah yang sederhana, sinar layar tablet itu menjadi cahaya harapan. Seorang prajurit, seorang guru tak resmi, dan sebuah perangkat kecil berhasil membuka pintu masa depan bagi anak-anak yang selama ini terpinggirkan oleh keterbatasan.
Di Beoga, masa depan bukan lagi mimpi jauh. Ia hadir di tangan seorang prajurit yang mengajar dengan ketulusan, keikhlasan, dan keyakinan bahwa pendidikan bisa mengubah segalanya.
