Pesan Leluhur dari Puncak Jerwok: “Jaga Alam, Maka Alam akan Menjagamu”

banner 120x600
banner 468x60

Udara segar Puncak Jerwok di Distrik Sawiat, Kabupaten Sorong Selatan, seolah berbisik tenang pada Sabtu pagi itu. Di tengah hamparan hutan hijau dan ketinggian 260 meter di atas permukaan laut, sekelompok anak-anak sekolah dasar tampak berjalan sambil memungut sampah. Mereka bukan sekadar berlibur.

Murid-murid SD YPK Mubarak Sodrofoyo, ditemani guru pendampingnya, membawa karung dan kantong plastik untuk membersihkan puncak yang belakangan dipenuhi jejak plastik para pengunjung.

banner 325x300

“Alam adalah mama bagi kita. Mama memberi makan, memberi minum. Kalau kita sakiti alam dengan sampah, sama saja kita menyakiti diri sendiri,” ujar sang guru, Dessy Djarfi, penuh penekanan, Senin (8/9/2025).

Aksi sederhana itu menjadi pelajaran besar. Bagi anak-anak, membersihkan botol plastik, bungkus jajanan, dan sisa makanan adalah cara belajar mencintai alam sejak dini. “Kalau mereka sudah terbiasa menjaga lingkungan, mereka akan tumbuh dengan kesadaran bahwa sampah bisa menghancurkan masa depan,” kata Dessy.

Lebih jauh, ia menegaskan: keadilan bagi lingkungan tidak kalah penting dari keadilan sosial. “Hidup sehat itu mahal. Maka kita harus menjaga kebersihan di manapun berada,” tambahnya.

Kehadiran anak-anak kecil dengan semangat gotong royong itu menarik perhatian masyarakat kampung Sodrofoyo. Moses Ferro Kaliele, tokoh adat sekaligus pemilik tanah adat di kawasan wisata Jerwok dan Klimalit, memberikan apresiasi penuh.

“Saya ucapkan terima kasih kepada anak-anak SD YPK Mubarak Sodrofoyo. Mereka memberi bukti nyata bahwa generasi kecil lebih peduli daripada banyak orang dewasa,” ujarnya melalui sambungan telepon.

Bagi Moses, pesan anak-anak itu seharusnya menjadi teguran keras bagi semua pihak, baik masyarakat, pejabat, maupun pengusaha. “Anak-anak kita sudah bicara jujur. Jangan hanya datang rekreasi, ambil foto, lalu tinggalkan sampah. Itu bukan budaya orang Papua,” tegasnya.

Ia mengingatkan, budaya masyarakat adat Papua selalu menempatkan alam sebagai bagian dari kehidupan. “Alam bukan hanya pemandangan. Alam itu mama. Kalau kita tidak jaga mama, bagaimana mama bisa jaga kita?” katanya.

Bagi masyarakat Sawiat, aksi kecil itu kini menjadi cerita besar. Anak-anak berhasil mengumpulkan karung penuh sampah, wajah mereka berseri-seri meski lelah mendaki. “Kami senang, karena gunung jadi bersih. Kami ingin datang lagi,” ujar salah seorang murid polos.

Bagi Moses, aksi itu adalah peringatan. “Kalau masyarakat tidak sadar sejak sekarang, masa depan generasi berikutnya akan gelap. Kebun, sungai, udara bersih bisa hilang kalau alam terus rusak. Jangan tunggu sampai alam marah,” katanya lantang.

Guru Dessy pun berharap gerakan ini ditiru sekolah lain. “Kalau setiap sekolah ajak muridnya sekali sebulan turun bersih-bersih, pasti lingkungan kita lebih baik. Mari mulai dari hal kecil,” ajaknya.

Kini, dari ketinggian Puncak Jerwok, pesan sederhana itu menggema: menjaga alam bukan pilihan, melainkan kewajiban. “Sekali lagi saya tegaskan, sampah bukan budaya kita. Mari jaga alam, maka alam akan jaga ko,” pungkas Moses.

banner 325x300