OPM Masuk Kampung Alutbakon-Mimin: Warga Tewas dan Mengungsi

banner 120x600
banner 468x60

Situasi keamanan di wilayah Distrik Oksop, Kabupaten Pegunungan Bintang, kembali terganggu akibat kehadiran kelompok separatis bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) Kodap XXXV/Bintang Timur. Sejak kelompok tersebut masuk ke Kampung Alutbakon dan Kampung Mimin pada Desember 2024, masyarakat mengalami tekanan, ancaman, hingga jatuhnya korban jiwa.

Menurut keterangan sejumlah tokoh masyarakat, keberadaan OPM di wilayah tersebut bukan hanya menimbulkan keresahan, tetapi telah menyebabkan kematian warga sipil yang tinggal di dua kampung tersebut. Situasi ini memicu eksodus besar-besaran warga dari Kampung Mimin dan Alutbakon, yang kini memilih mengungsi ke kampung-kampung terdekat seperti Oktumi, Bumbakon, Yumakot, hingga pusat Distrik Oksibil.

banner 325x300

Yosep Wambraw, tokoh masyarakat Distrik Oksop, mengungkapkan bahwa masyarakat tidak lagi merasa aman berada di kampung mereka sendiri. “Warga memilih pergi bukan karena ingin mengungsi ke hutan seperti yang dikatakan OPM, tapi karena ingin menyelamatkan diri. Mereka tinggal di rumah keluarga di kampung lain, karena di Mimin dan Alutbakon mereka diintimidasi dan diancam akan dibunuh bila masih berada di sana,” jelasnya, Jumat (20/6/2025).

Narasi yang dibangun oleh kelompok OPM bahwa masyarakat telah mengungsi ke hutan sejak Desember 2024 dinilai menyesatkan. Faktanya, warga secara sadar dan terorganisir telah pindah ke kampung-kampung sekitar seperti Oktumi dan Yumakot untuk menghindari konflik, serta mencari tempat yang aman bagi keluarga mereka.

Tokoh adat setempat, Markus Telenggen, menambahkan bahwa beberapa warga bahkan memilih menetap di Distrik Oksibil bukan hanya karena alasan keamanan, tetapi juga untuk memperbaiki kondisi perekonomian mereka. “Sebagian besar dari mereka ke Oksibil karena ingin bekerja, anak-anak bisa sekolah, dan mereka merasa lebih tenang karena ada perlindungan dari aparat keamanan,” ujarnya.

“Setiap kegiatan bersama aparat seperti kerja bakti atau ibadah selalu menjadi alasan OPM mengancam warga. Ini menciptakan ketakutan luar biasa di kalangan masyarakat. Padahal, aparat tidak pernah memaksa, dan kegiatan itu murni untuk mempererat hubungan,” ujar Lidia Kayame, seorang tokoh perempuan dari Kampung Bumbakon.

Beberapa warga yang kini tinggal di Oksibil juga mulai aktif menyuarakan harapan agar wilayah mereka bebas dari konflik bersenjata. “Kami ingin hidup tenang. Sudah cukup darah tumpah. Kami rakyat kecil yang hanya ingin sekolah, bekerja, dan membesarkan anak-anak kami,” ucap Yohanes Kalakmabin, warga eksodus dari Kampung Mimin.

Kondisi ini menunjukkan bahwa kehadiran OPM di sejumlah kampung bukan hanya merugikan negara, tetapi secara langsung menghancurkan kehidupan sosial dan psikologis masyarakat Papua itu sendiri. Kini, harapan rakyat Papua di Distrik Oksop dan sekitarnya tertuju pada keamanan yang stabil dan perlindungan dari segala bentuk ancaman kelompok bersenjata.

banner 325x300