Situasi keamanan di wilayah Ilaga, Kabupaten Puncak, kembali memanas setelah kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) dilaporkan menyebarkan ancaman terhadap maskapai penerbangan komersial dan perintis yang hendak mendarat di wilayah tersebut. Ancaman ini menimbulkan keresahan di tengah masyarakat dan berpotensi melumpuhkan jalur transportasi udara yang menjadi satu-satunya akses utama bagi mobilitas warga dan pengiriman logistik di daerah pegunungan ini.
OPM memperingatkan maskapai penerbangan untuk tidak melayani penerbangan ke Ilaga. Mereka menuding bahwa pesawat-pesawat tersebut membawa logistik untuk kepentingan pemerintah dan aparat keamanan. OPM menyatakan bahwa mereka akan menganggap setiap pesawat yang mendarat sebagai “target musuh”.
Tokoh masyarakat Ilaga, Yonas Tabuni, mengecam keras tindakan intimidatif yang dilakukan OPM. “Ancaman terhadap maskapai penerbangan adalah ancaman terhadap kehidupan masyarakat. Semua kebutuhan kami datang melalui udara, mulai dari beras, obat-obatan, hingga pelayanan kesehatan. Jika pesawat dihentikan, masyarakat yang akan jadi korban,” ujarnya, Selasa (17/6/2025).
Menurut Yonas, OPM telah berkali-kali membuat masyarakat menderita dengan aksinya yang memblokade akses masuk ke wilayah pedalaman. “Ini bukan perjuangan, ini bentuk pemerasan dan pembangkangan terhadap nilai kemanusiaan,” tambahnya.
Sementara itu, tokoh gereja di Ilaga, Pendeta Yakob Murib, menyoroti bahwa tindakan OPM semakin jauh dari nilai-nilai damai yang selama ini dijunjung tinggi oleh masyarakat Papua. “Kami para pelayan Tuhan sangat prihatin. Dalam setiap khotbah kami sampaikan: kekerasan hanya akan melahirkan penderitaan. Kalau akses pesawat ditutup karena ancaman, siapa yang akan mengantar pasien gawat darurat ke rumah sakit di Timika atau Wamena?” tegasnya.
Pendeta Yakob juga mengajak seluruh masyarakat untuk tidak terprovokasi dan tetap tenang dalam menghadapi situasi ini, sembari berharap para pelaku sadar akan dampak luas dari ancaman tersebut.
Selain itu, tokoh perempuan Papua, Maria Wakerkwa, juga menyampaikan keprihatinannya. Ia menekankan bahwa kaum ibu dan anak-anak menjadi pihak yang paling terdampak. “Kami sangat tergantung pada bahan makanan dan pelayanan medis yang datang lewat pesawat. Kalau OPM terus-terusan menebar ancaman, bagaimana nasib kami di kampung?” ucapnya.
Ancaman yang disebarkan oleh OPM ini juga membuat beberapa maskapai kecil menunda sementara penerbangan ke Ilaga, demi keselamatan penumpang dan kru. Situasi ini dikhawatirkan akan memperburuk distribusi logistik dan akses bantuan bagi warga.
Masyarakat luas berharap agar ketegangan ini segera mereda dan jalur transportasi udara dapat kembali normal, demi menjaga kelangsungan hidup serta stabilitas wilayah pedalaman Papua.