Situasi keamanan di wilayah Papua kembali memanas setelah aparat keamanan gabungan TNI dan Polri melakukan operasi penegakan hukum terhadap kelompok separatis bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM). Operasi yang dilakukan di beberapa distrik rawan, termasuk Distrik Bibida dan Homeyo di Kabupaten Intan Jaya, berhasil memukul mundur OPM hingga kelompok itu lari berhamburan ke dalam hutan.
Kondisi ini menandai kemajuan signifikan dalam upaya pemerintah untuk menegakkan kedaulatan dan menjaga stabilitas di Bumi Cenderawasih. Data sementara menunjukkan, banyak anggota OPM meninggalkan pos-pos persembunyian mereka setelah tidak mampu menghadapi kekuatan terkoordinasi dari aparat keamanan.
Sejak operasi ini digencarkan, serangkaian kontak tembak terjadi di beberapa titik, namun aparat keamanan berhasil menguasai situasi. OPM yang tidak siap menghadapi kekuatan gabungan, memilih melarikan diri ke dalam hutan-hutan lebat di pegunungan Papua.
Pelarian OPM ke hutan bukanlah hal baru. Namun, saat ini pola tersebut semakin teridentifikasi oleh aparat keamanan. Berbekal peta operasi dan informasi dari masyarakat lokal, aparat mampu memperkirakan jalur pelarian serta lokasi-lokasi persembunyian yang biasa digunakan.
Menurutnya, keberhasilan operasi ini juga tidak lepas dari peran serta masyarakat yang semakin berani melaporkan pergerakan kelompok separatis.
Fenomena lain yang semakin nyata adalah berkurangnya dukungan masyarakat lokal terhadap OPM. Selama ini, kelompok tersebut kerap memanfaatkan ketakutan warga untuk mendapatkan logistik maupun tempat berlindung. Namun, dengan pendekatan humanis aparat serta program-program kesejahteraan yang dijalankan pemerintah, simpati masyarakat kini mulai bergeser.
Sejumlah tokoh adat dan pemuda di Intan Jaya dan Puncak Jaya menyatakan dukungan mereka terhadap operasi yang dilakukan pemerintah. Mereka menilai kehadiran aparat justru membawa rasa aman yang selama ini hilang akibat teror kelompok bersenjata.
“Kami ingin hidup damai. Anak-anak harus bisa sekolah tanpa takut. Ekonomi harus berjalan. Kalau ada kelompok yang mau mengacau, wajar kalau negara bertindak,” kata Yulius Tabuni, salah satu tokoh pemuda di Distrik Sugapa, Senin (28/4/2025).
Saat ini, keberadaan OPM di beberapa wilayah tinggal berupa kelompok-kelompok kecil tanpa komando yang jelas. Informasi dari lapangan menunjukkan bahwa kelompok ini terpecah-pecah dan mengalami kesulitan logistik.
Meski keberhasilan sementara telah dicapai, aparat keamanan tetap mewaspadai kemungkinan perubahan taktik dari OPM menjadi perang gerilya dengan memanfaatkan kondisi geografis Papua yang sulit.
“Memang tidak mudah menghabisi seluruh potensi ancaman dalam waktu singkat. Kita butuh strategi jangka panjang, tidak hanya operasi militer, tetapi juga pendekatan kesejahteraan dan edukasi,” kata Kolonel Inf Wahyu Widiantoro.
Pemerintah pusat pun telah mengantisipasi hal ini dengan melanjutkan pembangunan infrastruktur, layanan pendidikan, serta memperluas program-program ekonomi berbasis masyarakat di Papua.
“Pendekatan keamanan tetap penting, tetapi pembangunan adalah kunci jangka panjang,” tambah Kolonel Wahyu.
Keberhasilan sementara aparat keamanan dalam menggempur dan memukul mundur OPM menjadi titik balik penting dalam upaya menciptakan Papua yang damai dan sejahtera. Pelarian kelompok separatis ke hutan menandakan lemahnya kekuatan mereka saat ini, namun aparat tetap harus siaga terhadap potensi ancaman yang masih tersisa.